Respons Kesulitan Petani, Menteri Pertanian Copot Jabatan Pimwil Bulog Kalsel

Merespons keluhan petani, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mencopot Dani Satria dari jabatan sebagai Pimpinan Wilayah (Pimwil) Bulog Kalimantan Selatan.

Maret 19, 2025 - 17:34
Maret 19, 2025 - 22:34
Respons Kesulitan Petani, Menteri Pertanian Copot Jabatan Pimwil Bulog Kalsel
Menteri Pertanian (Mentan) Amdi Amran Sulaiman berdialog dengan petani di sela-sela panen padi di lokasi Optimasi Lahan (Oplah) di Desa Maluka Baulin, Tanah Laut, Selasa (18/03/2025). Foto: Antara

KABARKALSEL.COM, JAKARTA - Merespons keluhan petani, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mencopot Dani Satria dari jabatan sebagai Pimpinan Wilayah (Pimwil) Bulog Kalimantan Selatan.

Pencopotan resmi dilakukan, Selasa (18/03/2025) malam. Pencopotan jabatan ini merupakan imbas dari kunjungan Amran ke Tanah Laut.

Dalam keterangan tertulis dari Kementerian Pertanian (Kementan), Rabu (19/03/2025), pencopotan itu disinyalir dipicu kekecewaan Amran setelah mendengar keluhan para petani.

"Saya kecewa dengan Bulog Kalsel. Petani menunggu kepastian harga di sawah, tapi Bulog malah menunggu di gudang," papar Amran. 

"Itu tidak bisa dibiarkan dan harus dilakukan perbaikan sistem. Kalau sudah tidak mau bekerja untuk rakyat, lebih baik minggir," tegasnya.

Dalam kunjungan Amran di Tanah Laut, petani mengeluhkan soal terpaksa menjual hasil panen ke tengkulak seharga Rp5.300 hingga Rp5.600 per kilogram. 

Harga jual petani ke tengkulak tersebut jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram. 

Keputusan petani juga diduga disebabkan kelalaian Bulog Kalsel. Mereka juga dituding jarang ke lapangan dan sulit dihubungi, ketika petani membutuhkan kepastian penyerapan 

Keluhan serupa datang dari petani lain di Tanah Laut yang mengaku memiliki 151 karung gabah, tetapi tidak mendapat kepastian dari Bulog. 

Di sisi lain, petani juga mengeluhkan Bulog Kalsel yang memberikan persyaratan terlalu ketat, seperti mewajibkan menjual gabah harus dalam kondisi kering.

Bahkan petani juga mengeluhkan pembayaran dari Bulog Kalsel yang sering terlambat hingga satu minggu, sehingga mereka kesulitan memutarkan modal.

Situasi ini membuat banyak petani memilih menjual gabah ke tengkulak meskipun dengan harga lebih rendah, daripada harus berhadapan dengan ketidakpastian dari Bulog Kalsel.

"Tentunya kami tidak bisa membiarkan petani terus dirugikan. Bulog harus turun ke lapangan, bukan sekedar menunggu di gudang. Kedepan kami akan terus memantau agar penyerapan gabah berjalan optimal,” tegas Amran.

Page 1 of 1
Popular
  1. Dugaan Korupsi Anggaran TP PKK di DPMD, Kejari Batola Sudah Periksa 8 Saksi

  2. Menjelang Kepulangan ke Tanah Air, Jemaah Haji Asal HST Meninggal Dunia di Makkah

  3. Gubernur Kalsel Rotasi Pejabat Eselon II, Berikut Daftar Selengkapnya

  4. Suntik Pengalaman di Lini Belakang, Barito Putera Rekrut Fabiano Beltrame

  5. Lepas Anderson Nascimento, Barito Putera Gaet Haudi Abdillah