KABARKALSEL.COM, BANJARMASIN - Barito Putera seperti mengalami dejavu, setelah dipastikan terdegradasi ke Liga 2.
Kegagalan Barito Putera bertahan di Liga 1 dipastikan di pekan penutup Liga 1 musim 2024/2025. Sekalipun menang atas PSIS Semarang, Sabtu (24/05/2025) sore, Laskar Antasari tak beranjak dari peringkat 17.
Penyebabnya Semen Padang yang menjadi pesaing terdekat, berhasil menundukkan Arema FC di Stadion Kanjuruhan.
Tidak tanggung-tanggung, Semen Padang menggasak Singo Edan dengan dua gol tanpa balas. Kemenangan ini membawa Kabau Sirah ke peringkat 13, sekaligus menggeser Persis Solo dan Madura United.
Dalam klasemen akhir, Barito finis di urutan 17 dengan 34 poin. Sedangkan PSS Sleman yang mengalahkan Madura United dengan skor 3-0, juga mengemas 34 poin dan duduk di peringkat 16.
PSIS dan Barito terdegradasi ke Liga 2 bersama PSIS Semarang. Selanjutnya mereka digantikan PSIM Yogyakarta, Bhayangkara FC dan Persijap Jepara yang promosi ke Liga 1.
Sepanjang sejarah partisipasi di liga teratas sepakbola nasional sejak Galatama 1988, sudah dua kali Barito Putera terdegradasi.
Degradasi pertama terjadi di Divisi Utama Liga Indonesia 2003 atau dikenal dengan nama Liga Bank Mandiri. Kompetisi yang menjadi cikal-bakal Liga 1 ini digelar sejak 12 Januari hingga 15 September 2003.
Bersaing dengan total 20 klub peserta, Barito harus menerima nasib menempati posisi paling buncit dan terdegradasi ke Divisi Satu.
Padahal komposisi pemain Barito terbilang mentereng. Sebut saja Ilham Romadhona, Sunar Sulaiman, George Nicholas Djone, Pablo Garcia, Usep Munandar dan Lourival Lima Filho alias Junior Lima.
Dihantam isu krisis keuangan dan International Transfer Certificate (ITC) yang membelit sejumlah pemain asing, Barito hanya mampu mengemas 38 poin dan finis urutan buncit.
Poin tersebut diperoleh dari 9 kemenangan, 11 imbang dan 18 kekalahan. Mereka juga hanya mencetak 30 dan kebobolan 52 gol.
Selain Barito Putera, juga terdegradasi Arema Malang, Perseden Denpasar, Petrokimia Putra dan PSDS Deli Serdang.
Fakta tersebut cukup ironis, mengingat Barito Putera berhasil menembus babak delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia 2002, setelah menjadi runner up Divisi Timur.
Diketahui setelah degradasi, Barito Putera membutuhkan setidaknya 7 tahun untuk kembali ke liga teratas dan bahkan sempat bermain di Divisi Dua 2004.
Baca juga:
Game Over! Barito Putera Tetap Terdegradasi Usai Tekuk PSIS Semarang
Partai Rumit Barito Putera Kontra PSIS, Menang Tak Otomatis Lolos Degradasi
Seperti menghadapi dejavu, proses degradasi Barito dari Liga 1 musim 2024/2025 hampir mirip dengan kejadian 22 tahun silam.
Diketahui Barito Putera berhasil finis di peringkat 10 klasemen akhir Liga 1 musim 2023/2024. Laskar Antasari mengoleksi 46 poin hasil dari 11 kemenangan, 13 imbang dan 10 kekalahan.
Gustavo Tocantins yang menjadi andalan Barito Putera di lini depan, berhasil menempati lima besar topskorer Liga 1 musim 2023/2024 dengan 15 gol.
Catatan itulah yang membuat Barito Mania percaya bahwa klub kebanggaan mereka dapat bersaing di papan tengah di Liga 1 musim 2024/2025.
Akan tetapi menjelang Liga 1 musim 2024/2025, Gustavo Tocantins dilepas ke PSS Sleman. Disusul pelepasan Renan Alves, Mike Ott dan Carli de Murga.
Selain pemain asing, Barito juga telah melepas 6 pemain lokal. Mereka adalah Ega Rizky, Dhika Bhayangkara, Hasim Kipuw, Frendi Saputra, Patrick Womsiwor dan Chris Rumbiak.
Kemudian sebagai pengganti, Barito Putera mendatangkan Lucas 'Lucao' Gama Moreira, Lucas Morelatto, Chechu Meneses, Youssef Ezejjarri, Levy Madinda, Moon Chi-sung, dan Alhaji Gero.
Sebelum merekrut pemain asing, Barito sendiri sudah mendatangkan Muhammad Ridho, Satria Tama Hardiyanto, dan Novan Setya Sasongko, serta meminjam Tegar Infantrie dari Bali United.
Jor-joran di bursa transfer pertama musim 2024/2025 membuat nilai pasar Barito Putera ikut terdongkrak. Dari 18 klub, skuat asuhan Rahmad Darmawan ini ditempatkan Trasfermarkt di peringkat sebelas dengan nilai Rp62,92 miliar.
Lucas Morelatto, Youssef Ezzejjari, dan Lucas 'Lucao' Gama Moreira andil besar meningkatkan nilai pasar Barito Putera.
Morelatto dan Ezzejjari masing-masing memiliki nilai pasar Rp5,21 miliar atau sama dengan market value Murilo Otávio Mendes. Sedangkan nilai pasar Lucao sebesar Rp4,35 miliar atau setara dengan Bagas Kaffa.
Nilai pasar Barito lebih tinggi dibanding Borneo FC Samarinda. Juara reguler series Liga 1 2023/2024 ini hanya memiliki nilai pasar Rp62,40 miliar atau menurun dibanding musim sebelumnya.
Belakangan sebagian besar pemain asing itu dilepas di paruh musim kedua. Mulai dari Lucao, Chechu Meneses, Youssef Ezejjarri dan Alhaji Gero.
Selanjutnya Barito kembali merekrut Renan Alves yang sempat membela Bekasi FC di Liga 2. Disusul perekrutan Anderson Nascimento, Matias Mier, dan Jaime Moreno.
Meski demikian, perubahan besar di paruh kedua tidak banyak menolong Barito. Nyaris sepanjang musim mereka berkutat di papan bawah, hingga akhirnya resmi terdegradasi.
Sebaliknya sejumlah pemain yang dilepas Barito, tetap bersinar di klub lain. Gustavo Tocantins, misalnya. Meski gagal membawa PSS Sleman bertahan di Liga 1, Tocantins mencetak 16 gol dan 5 assist dari 34 pertandingan.
Sedangkan Youssef Ezzejjari yang cuma menyumbangkan 2 gol dan 1 assist untuk Barito dari 12 pertandingan, malah mencetak 5 gol dan 3 assist bersama Madura United.
Pun Chechu Meneses tetap menjadi pilihan utama di lini belakang klub promosi Malut United. Bahkan Chechu mampu menyumbangkan 2 gol dari 16 pertandingan.

Starting Barito Putera dalam salah satu pertandingan di Divisi Utama Liga Indonesia 2003, sebelum terdegradasi ke Divisi Satu. Foto: Dokumen Abdi Zein